Langsung ke konten utama

Tiada Maaf, Bagi Pelaku Istihza’ Terhadap Islam

Tiada Maaf, Bagi Pelaku Istihza’ Terhadap Islam




Stop Istihza’ Terhadap Islam
 –  “Hukuman bagi penghina Allah Ta’ala jika ia muslim maka wajib dibunuh menurut ijma’ karena perbuatannya menjadikannya kafir murtad dan kedudukannya lebih buruk dari orang kafir asli” (Syekh Islam Ibnu Taimiyyah)
Menghina adalah perbuatan tercela apapun macam dan bentuknya, kepada siapapun di tujukan, minimal itu adalah sebuah kedzoliman kepada sesama hamba apalagi kepada sang Rabb. Dan klimaksnya adalah kekufuran bahkan hukumannya adalah dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubat dan meminta maaf.

Para ulama’ memasukkan istihza’ kepada Allah dan Rasul-Nya dalam perkara-perkara yang dapat membatalkan keimanan dan keislaman seseorang, karena mengingat begitu beratnya pelanggaran istihza’ ini dalam pandangan syar’i maupun dalam pandangan manusia. Dalam pandangan manusia saja dan kasus yang telah terjadi, menghina bisa menimbulkan pertumpahan darah apalagi dalam pandangan syar’i .

Dari segi bahasa, Istihza’ (الاستهزاء ) dari kata هزاء yang berarti (سخر ) menghina, mencaci maki, mengolok-olok, mengejek, dan mencemooh. (Mu’jamu al-wasith: 983)

Kafir Penghina Islam

Para ulama telah sepakat bahwa pelaku istihza’ fiddien adalah kafir dan keluar dari agama Islam dan hukumannya adalah dibunuh tanpa harus dimintai bertaubat.
Imam Ahmad bin Hambal berkata:”setiap orang yang menghina nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam dan mengejek beliau baik muslim ataupun kafir maka dia wajib dibunuh dan saya berpendapat dia dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubat”. (Sharimu al-maslul, 315)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Hukuman bagi penghina Allah Ta’ala jika ia muslim maka wajib dibunuh menurut ijma’ karena perbuatannya menjadikannya kafir murtad dan kedudukannya lebih buruk dari orang kafir asli”. (Sharimu al-maslul, 226)

Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
Artinya : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?), (Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (Q.S. at-Taubah: 65,66)

Adapun Atsar para sahabat, diantaranya perkataan Umar bin Khattab Radliyallahu’anhu: “Barang siapa yang mencaci maki Allah atau salah satu dari para Nabi maka bunuhlah dia”. (Sharimu al-maslul, 226)

Tiada Maaf Bagi Penghina!

Jumhur Ulama mengatakan bahwa penghina dien hukumannya adalah dibunuh tanpa diminta untuk bertaubat.(Sharimu al-maslul: 349). Penghina dien tidak diberi udzur (kesempatan untuk minta maaf dengan alasan tertentu) kecuali karena dipaksa, dan keimanan masih mantap di dalam hatinya sebagaimana Firman Allah:
Artinya: “Barang siapa yang kafir kepada Allah Ta’ala sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan) kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dengan iman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran maka kemurkaaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar”.(Q.S.An-Nahl:106)

Namun syekh Abu Al-Hasan Al-Qabisi berpendapat dia tetap di bunuh, sebagaimana perkataannya,  “Jika dia mengaku lalu bertaubat dia tetap dibunuh karena penghinaannya dan itulah hukuman penghina dien”.(Asy-syifa 2/217)

Bentuk lain Istihza’

  1. Istihza’ Kepada Allah Ta’ala

Salah satu contoh Istihza’ kepada Allah Ta’ala adalah menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, meminta dan berdo’a serta menganggap bahwa disana lebih bermanfaat dari pada berdo’a kepada Allah langsung. (Kitab at-Tauhid Shaleh Fauzan, 61)
  1. Istihza’ Kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam

Yang termasuk dalam kategori istihza’ kepada beliau adalah menghina beliau mengunakan isyarat tubuh baik kedipan mata, mengeluarkan lidah, isyarat tangan, gerakan tubuh tertentu atau bahasa tubuh lainnya.( Kitab at-Tauhid Shaleh Fauzan, 61)
  1. Istihza’ Kepada Ajaran Islam

Contohnya adalah, mengingkari sebagian ayat-ayat Allah Ta’ala tidak menjadikannya sebagai hukum dan mengatakan bahwa al-qur’an tidak lagi relevan dengan zaman. Serta menganggap hukum selain islam lebih baik dan lebih layak dipakai. Sama halnya orang yang mengatakan jilbab lebih baik dari pada konde, atau suara kidung lebih merdu dari pada lantunan adzan.
  1. Istihza’ Kepada Sahabat Nabi

Abu Sa’id Al-Khudri Radliyallahu’anhu berkata: Nabi Muhammad bersabda: “Janganlah kalian menghina sahabatku karena seandainya salah seorang diantara kalian berinfaq sebesar gunung Uhud maka tidak akan dapat menyamai (nilai infaq) mereka satu mud pun atau separuhnya.” HR. Al Bukhari no.3673 dan Muslim no.221, 222.
  1. Istihza’ Kepada Para Ulama

Salah satu sifat istihza’ adalah membenci dan menghina para ulama karena mereka selalu berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah
Diantara para ulama ada yang menghukumi kufur perbuatan menghina para ulama karena keulamaan mereka. Karena mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah untuk menegakkan dien ini di muka bumi.(Nawaqidlu Al-iman al-Qauliyyah wa al-Fi’liyyah, 437)

Kafir Penghina Jilbab Dan Lantunan Adzan

Dari uraian di atas jelaslah sudah bahwa permasalahan istihza’ bukanlah perkara yang sepele dan remeh. Bahkan bisa mengeluarkan pelakunya dari millah. Dan termasuk istihza’ fid din adalah meremehkan cadar dengan mengatakan konde lebih baik dari pada cadar dan lantunan kidung lebih baik dari pada suara adzan. Wallahu’lam
Penulis : Ibnu Jihad
Refrensi: Mu’jamu al-wasith, Sharimu al-maslul:Ibnu Taimiyyah, Asy-syifa: Abu Al-Hasan Al-Qabisi, Kitab at-Tauhid:Shaleh Fauzan, Nawaqidlu Al-iman al-Qauliyyah wa al-Fi’liyyah: ‘Ali Abdul Lathif.
Editor : Anwar
REPOST : ADMIN RADARDAKWAH.COM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengintip Pesona Gunung Merbabu, Primadona dari Jawa tengah yang wajib kau ketahuia

 Mengintip Pesona Gunung Merbabu, Primadona dari Jawa tengah yang wajib kau ketahui Berdiri kokoh dengan ketinggian 3.145 meter diatas permukaan laut (mdpl), gunung ini menawarkan keindahan yang sulit untuk dilupakan. Sensasi pendakian yang menantang dengan pemandangan yang mengagumkan menjadi oase tersendiri bagi para pendaki, penikmat ketinggian yang akrab dengan udara dingin khas pegunungan. Bertetangga dengan Merapi, gunung ini tidak kalah dalam menawarkan keindahannya yang tiada tara. Tak heran, oleh sebagian pendaki ia dijuluki “Little Rinjani.” Gunung Merbabu, namanya. Terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Semarang, Boyolali dan Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe strato, yaitu tersusun dari batu – batuan hasil letusan yang terjadi berulang – ulang kali. Secara etimologi, Merbabu berasal dari dua suku kata, meru (gunung) dan abu (abu). Nama ini pertama kali dimunculkan pada naskah – naskah Belanda. Sebagai gunung berapi

Cara mudah belajar membaca kitab kuning metode ibtidai, metode yang mudah dipelajari oleh pemula

Cara mudah belajar membaca kitab kuning metode ibtidai, metode yang mudah dipelajari oleh pemula  radardakwah.com  Assalamualikum wr wb, apa kabar semuanya, semoga para pembaca artikel ini selalu dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kekurangan satu apapun. oke pada artikel kali ini penulis akan membagikan artikel yang berjudul cara mudah belajar membaca kitab kuning dengan metode ibtidai, sebuah metode yang insha alloh mudah dipelajari oleh para pemula yang ingin bisa membaca kitab kuning. sebelumnya akan kita bahas kenapa sih kita harus bia membaca kitab kuning yang notabeneny adalh kitab yang berbahasa arab? kita kan orang indonesia. kok kita ngapain susah2 belajar membaca kitab kuning yang belum tentu memakan waktu yang sedikit, karna ada juga orang yang belajar membaca kitab kuningnya lama dan butuh perjuanagan yang tidak mudah. jawabannya adaah karena kita adalah orang muslim yang kita mencintai alloh dan rosulnya. dan bukti kecintaan kita kepada allah dan rosulNya adalah dengan me

Suka Menerima Tamu adalah salah satu sifat muslim sejati | Tadzkirotu Manittaqo | RADARDAKWAH

Suka Menerima Tamu adalah salah satu sifat muslim sejati | Tadzkirotu Manittaqo | RADARDAKWAH *Tadzkirotu Manittaqo :* ============:======== *Suka Menerima Tamu* Seorang muslim sejati yg telah meresap dlm jiwanya nilai-nilai kedermawanan, sdh pasti mempunyai sifat senang menjamu tamu, bahagia saat menerimanya, dan bersegera memulialannya. Sifat ini merupakan bagian dari akhlak Islami yg bersumber dari dlm dirinya dan merupakan pancaran keimanannya kpd Allah dan hari akhir akhir. Sebagaimana sabda Rosulullah صلى الله عليه وسلم dlm sebuah hadits : من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه Barangsiapa yg beriman kpd Allah dab hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. HR Bukhori dan Muslim Memuliakan tamu merupakan salah satu bukti bahwa seorang muslim beriman kpd Allah dan hari akhir. Karenanya, memuliakan tamu bisa diibaratkan sebagai sebuah hadiah yg diberikan tuan rumah kpd tamunya. Hadiah itu diberikan sebagai ungkapan terima kasih karena tamu tsb memberinya kesempatan untuk beram