Langsung ke konten utama

Cara mudah belajar membaca kitab kuning metode ibtidai, metode yang mudah dipelajari oleh pemula

Cara mudah belajar membaca kitab kuning metode ibtidai, metode yang mudah dipelajari oleh pemula



 radardakwah.com  Assalamualikum wr wb, apa kabar semuanya, semoga para pembaca artikel ini selalu dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kekurangan satu apapun. oke pada artikel kali ini penulis akan membagikan artikel yang berjudul cara mudah belajar membaca kitab kuning dengan metode ibtidai, sebuah metode yang insha alloh mudah dipelajari oleh para pemula yang ingin bisa membaca kitab kuning. sebelumnya akan kita bahas kenapa sih kita harus bia membaca kitab kuning yang notabeneny adalh kitab yang berbahasa arab? kita kan orang indonesia. kok kita ngapain susah2 belajar membaca kitab kuning yang belum tentu memakan waktu yang sedikit, karna ada juga orang yang belajar membaca kitab kuningnya lama dan butuh perjuanagan yang tidak mudah. jawabannya adaah karena kita adalah orang muslim yang kita mencintai alloh dan rosulnya. dan bukti kecintaan kita kepada allah dan rosulNya adalah dengan mempelajari bahasa yang dengannya alquran diturunkan yakni bahasa arab, kita mempelajari bahasa yang dengannya rosul ucapakan hadist2 sebagai salah satu sumber hukum islam, kita juga mempelajari bahasa arab agar kita paham akan syariat agam islam ini. karena kita mengetahui bahwasanya setiap muslim adalah wajib untuk mengamalkan syariat islam sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. dan dia tidak akan bisa mengamalkan syariat islam sebelum dia mempelajari apa itu islam atau dengan kata lain adalh mempelajari sayriat islam itu sendiri. dan syariat islam itu notabenenya adalah berbahasa arab. alqur an contohnya, hadist nabi, bacaan-bacaan ketika sholat semuanya berbahasa arab, dan contoh2 yang lainnya .  jadi menjadi wajib  bagi kita jika ingin paham akan syariat islam maka kita juga harus paham akan bahasa arab itu sendiri.
  oke kita kembali ke materi awal yaitu tentang cara mudah belajar membaca kitab gundul dengan metode ibtidai, sebelumnya bagi yang    belum mengetahui apa itu metode ibtidai?. metode ini diciptakan oleh mujahidin rahman seorang pengasuh pondok pesantren nuru ikhlas
Desa Langon RT.09 RW.04 Kecamatan Tahunan

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/58974/ibtidai-metode-mudah-baca-kitab-kuning
jepara, Metode-IBTIDAI ini merupakan methode dengan mengajari kepada anak-didik agar mampu menguasai pembacaan kitab-kuning (yaitu kitab-salaf  tidak pakai harakat dan makna), beserta metode menulis kalimat arab dengan pegon ( yaitu kalimat jawa yang ditulis dengan huruf arab).

Saat ini, Sudah sangat rendah dan sedikit para pelajar putra dan putri yang bisa membaca kalimat arab dengan atau tanpa harokat, bahkan sedikit sekali yang bisa memberi makna (arti) pada kalimat arab tersebut. Hal ini dikarenakan sudah semakin cepat berkembangnya pendidikan umum yang tidak lagi mempedulikan pelajaran agama. Hal ini karena ada tuntutan percepatan industri dan perkembangan duniawi. Disamping itu, pendidikan agama juga semakin terdesak, bahkan hampir tiada tersisa energi otak untuk bisa digunakan mempelajari hazanah ilmu salaf yang tidak terlepas dari kitab-kitab yang dikenal dengan sebutan “kitab kuning”.

Oleh sebab itu, Cara cepat membaca kitab kuning dengan methode IBTIDAI (ابتدائى ) mengetengahkan Kepada masyarakat muslim sebuah konsep pembelajaran sebagai format baru dalam mempelajari kitab kuning yang membikin lebih mudah dan ringan serta tidak menambahi beban pada anak didik bila secara bersamaan mempelajari ilmu-ilmu umum.

methode IBTIDAI ( ابتدائى ) merupakan pendidikan cara kuno yang diajarkan oleh ulama'-ulama' salaf dari masa kemasa yang terkenal dikalangan pondok pesantren disebut “SOROGAN". dari sorogan tersebut dijadikan sebuah “konsep baku" agar menjadi semakin terarah & mudah dipelajari oleh anak didik yang tidak bermukim dipesantren. konsep yang baku tersebut diberi nama IBTIDAI ( ابتدائى ) dengan tampa mengurangi dari keaslian “kitab kuning" yang menjadi obyek sasarannya.

Metode ibtidai telah menggunakan tradisi jawa kuno yaitu dengan tulisan arab pegon. ARAB PEGON adalah sebuah maha karya ulama Nusantara yang sekarang sudah hampir 'tidak terawat' dan nyaris terlupakan orang -- minimal terdesak dari lalu-lintas komunikasi masyarakat yang sekarang jaman digital, kecuali mungkin di masyarakat pesantren.

Orang Generasi tahun 50-70an masih banyak yang melek huruf Arab Pegon. ARAB PEGON membuat orang-orang Nusantara lebih mudah mempelajari bahasa Al-Qur'an dan agama Islam.
Orang-orang Nusantara -- khususnya Melayu dan Jawa -- selalu menggunakan aksara Arab, ARAB PEGON, yang tak banyak dimengerti kaum penjajah waktu itu, untuk berkomunikasi antar mereka.

Metode Ibtidai selalu mengupayakan untuk menguri-uri kembali budaya Arab pegon seperti yang dilakukan beberapa ulama ulama nusantara dulu. Demikian pula upaya menguri-uri ARAB PEGON  seperti yang dengan serius dilakukan oleh Pengarang Metode Ibtidai ini.
oke sekian untuk artikel kali ini wassalamualikum wr wb
Mujahidin Rahman (44) prihatin dengan kondisi saat ini. Keprihatinan itu muncul lantaran banyak kawula muda yang mulai tidak ngeh untuk mempelajari kitab kuning. <> Bagi mereka kitab salaf susah dipelajari. Meskipun ada yang masih mempelajarinya dalam pemaknaan kitab memakai huruf latin bukan makna pegon. Atas keprihatinan itu, pengasuh Pesantren Nurul Ikhlas Desa Langon RT.09 RW.04 Kecamatan Tahunan, Jepara, pada 1 Muharram 1436 H lalu menerbitkan metode cara mudah dan ringan membaca kitab kuning bernama Ibtidai. Dinamakan Ibtidai karena metode ini sebagai bentuk permulaan untuk belajar ilmu nahwu baik jurumiyah, imrithi dan alfiyah. Metode ini dianggap berbeda dari yang lain. Biasanya metode mempelajari ilmu nahwu diawali dengan kalam, kalimat per kalimat. Tetapi di sini tanpa harus menata, membentuk dan menyusun menjadi sebuah kalimat melainkan langsung dari kitab kuning. Kiai muda lulusan pesantren Maslakul Huda Pati ini memilih langsung teks kitab cukup beralasan. “Dengan langsung belajar teks kitab akan dapat tiga plus. Plus pertama bisa membaca teks, kedua bisa menulis makna dan plus ketiga bisa menguasai ilmu alat, nahwunya,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/04/15). Menguak Kitab Salaf Metode ini, kata lelaki kelahiran Jepara 3 Mei ini, hadir untuk menguak rahasia kitab salaf. “Kalau dengan metode yang lama apalagi dengan kondisi kawula muda saat ini sudah pasti susah dipelajari,” jelasnya. Sehingga, kiai yang pernah mengaji di pesantren An Nur Bantul ini membuat cara agar kitab kuning bisa dipelajari dengan mudah. Sebagaimana metode Yanbua dan Qiroati yang bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. “Yanbua dan Qiroati saja bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. Kitab kuning juga harus bisa,” tambahnya sembari meyakinkan. Metode yang dirampungkan dalam waktu 10 hari ini menggabungkan 3 hal metode ulama salaf. Yakni bandongan, sorogan, serta penguasaan nahwu dan shorof. Ketiga metode ini di pesantren biasanya terpisah. Tetapi dalam metode ibtidai digabungkan menjadi satu kesatuan. Metode ini tidak untuk dihafalkan melainkan tetapi lebih pada meniteni, mengingat-ingat. Bagi para penghafal al-qur’an metode ini juga tidak mengganggu konsentrasi hafalan mereka. Juga tidak menambah beban segunung materi sekolah formal. Konsep dan Materi Adapun konsep dan materi ibtidai dibagi menjadi dua tingkatan. Pertama, pasca TPQ/ Madin/SD/Mi. kedua MTs/SMP/MA/SMK. Pasca TPQ dibagi dua tingkatan fan 1 mempelajari 4 kitab Tijan Addurari (Tauhid), Safinah (Fiqih), Wasoya (Akhlak) dan Arbain (Hadits) perkitab ditempuh dua bulan. Fan kedua dalam waktu yang sama delapan bulan dengan kitab Sulam Taufiq (Fiqih), Tafsir Al Luqman (alquran) dan Khulasoh Nurul Yaqin (Tarikh). Adapun untuk MTs dan MA dibagi dua kelompok yang diasramakan dan yang tidak diasramakan. Waktu yang ditempuh selama satu tahun. Kitab yang dipelajari terkait Tauhid, Akhlak, Fiqih, Nahwu dan Al qur’an. Setiap fan dilengkapi dengan beberapa buku yaitu: Tuntunan Baca Tulis Pegon, Buku Prestasi Sorogan Membaca Kitab Kuning, Panduan Pengajaran Metode Ibtidai, Kitab Gundul dan Kitab Bermakna gandul. Dengan hadirnya motode ini generasi muda semakin cinta dengan kitab-kitab salaf yakin makin ditinggalkan. “Saya juga berharap dengan metode ini kawula muda menemukan berkah serta meneruskan perjuangan ulama salaf,” harapnya.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/58974/ibtidai-metode-mudah-baca-kitab-kuning
Mujahidin Rahman (44) prihatin dengan kondisi saat ini. Keprihatinan itu muncul lantaran banyak kawula muda yang mulai tidak ngeh untuk mempelajari kitab kuning. <> Bagi mereka kitab salaf susah dipelajari. Meskipun ada yang masih mempelajarinya dalam pemaknaan kitab memakai huruf latin bukan makna pegon. Atas keprihatinan itu, pengasuh Pesantren Nurul Ikhlas Desa Langon RT.09 RW.04 Kecamatan Tahunan, Jepara, pada 1 Muharram 1436 H lalu menerbitkan metode cara mudah dan ringan membaca kitab kuning bernama Ibtidai. Dinamakan Ibtidai karena metode ini sebagai bentuk permulaan untuk belajar ilmu nahwu baik jurumiyah, imrithi dan alfiyah. Metode ini dianggap berbeda dari yang lain. Biasanya metode mempelajari ilmu nahwu diawali dengan kalam, kalimat per kalimat. Tetapi di sini tanpa harus menata, membentuk dan menyusun menjadi sebuah kalimat melainkan langsung dari kitab kuning. Kiai muda lulusan pesantren Maslakul Huda Pati ini memilih langsung teks kitab cukup beralasan. “Dengan langsung belajar teks kitab akan dapat tiga plus. Plus pertama bisa membaca teks, kedua bisa menulis makna dan plus ketiga bisa menguasai ilmu alat, nahwunya,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/04/15). Menguak Kitab Salaf Metode ini, kata lelaki kelahiran Jepara 3 Mei ini, hadir untuk menguak rahasia kitab salaf. “Kalau dengan metode yang lama apalagi dengan kondisi kawula muda saat ini sudah pasti susah dipelajari,” jelasnya. Sehingga, kiai yang pernah mengaji di pesantren An Nur Bantul ini membuat cara agar kitab kuning bisa dipelajari dengan mudah. Sebagaimana metode Yanbua dan Qiroati yang bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. “Yanbua dan Qiroati saja bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. Kitab kuning juga harus bisa,” tambahnya sembari meyakinkan. Metode yang dirampungkan dalam waktu 10 hari ini menggabungkan 3 hal metode ulama salaf. Yakni bandongan, sorogan, serta penguasaan nahwu dan shorof. Ketiga metode ini di pesantren biasanya terpisah. Tetapi dalam metode ibtidai digabungkan menjadi satu kesatuan. Metode ini tidak untuk dihafalkan melainkan tetapi lebih pada meniteni, mengingat-ingat. Bagi para penghafal al-qur’an metode ini juga tidak mengganggu konsentrasi hafalan mereka. Juga tidak menambah beban segunung materi sekolah formal. Konsep dan Materi Adapun konsep dan materi ibtidai dibagi menjadi dua tingkatan. Pertama, pasca TPQ/ Madin/SD/Mi. kedua MTs/SMP/MA/SMK. Pasca TPQ dibagi dua tingkatan fan 1 mempelajari 4 kitab Tijan Addurari (Tauhid), Safinah (Fiqih), Wasoya (Akhlak) dan Arbain (Hadits) perkitab ditempuh dua bulan. Fan kedua dalam waktu yang sama delapan bulan dengan kitab Sulam Taufiq (Fiqih), Tafsir Al Luqman (alquran) dan Khulasoh Nurul Yaqin (Tarikh). Adapun untuk MTs dan MA dibagi dua kelompok yang diasramakan dan yang tidak diasramakan. Waktu yang ditempuh selama satu tahun. Kitab yang dipelajari terkait Tauhid, Akhlak, Fiqih, Nahwu dan Al qur’an. Setiap fan dilengkapi dengan beberapa buku yaitu: Tuntunan Baca Tulis Pegon, Buku Prestasi Sorogan Membaca Kitab Kuning, Panduan Pengajaran Metode Ibtidai, Kitab Gundul dan Kitab Bermakna gandul. Dengan hadirnya motode ini generasi muda semakin cinta dengan kitab-kitab salaf yakin makin ditinggalkan. “Saya juga berharap dengan metode ini kawula muda menemukan berkah serta meneruskan perjuangan ulama salaf,” harapnya.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/58974/ibtidai-metode-mudah-baca-kitab-kuning
Mujahidin Rahman (44) prihatin dengan kondisi saat ini. Keprihatinan itu muncul lantaran banyak kawula muda yang mulai tidak ngeh untuk mempelajari kitab kuning. <> Bagi mereka kitab salaf susah dipelajari. Meskipun ada yang masih mempelajarinya dalam pemaknaan kitab memakai huruf latin bukan makna pegon. Atas keprihatinan itu, pengasuh Pesantren Nurul Ikhlas Desa Langon RT.09 RW.04 Kecamatan Tahunan, Jepara, pada 1 Muharram 1436 H lalu menerbitkan metode cara mudah dan ringan membaca kitab kuning bernama Ibtidai. Dinamakan Ibtidai karena metode ini sebagai bentuk permulaan untuk belajar ilmu nahwu baik jurumiyah, imrithi dan alfiyah. Metode ini dianggap berbeda dari yang lain. Biasanya metode mempelajari ilmu nahwu diawali dengan kalam, kalimat per kalimat. Tetapi di sini tanpa harus menata, membentuk dan menyusun menjadi sebuah kalimat melainkan langsung dari kitab kuning. Kiai muda lulusan pesantren Maslakul Huda Pati ini memilih langsung teks kitab cukup beralasan. “Dengan langsung belajar teks kitab akan dapat tiga plus. Plus pertama bisa membaca teks, kedua bisa menulis makna dan plus ketiga bisa menguasai ilmu alat, nahwunya,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/04/15). Menguak Kitab Salaf Metode ini, kata lelaki kelahiran Jepara 3 Mei ini, hadir untuk menguak rahasia kitab salaf. “Kalau dengan metode yang lama apalagi dengan kondisi kawula muda saat ini sudah pasti susah dipelajari,” jelasnya. Sehingga, kiai yang pernah mengaji di pesantren An Nur Bantul ini membuat cara agar kitab kuning bisa dipelajari dengan mudah. Sebagaimana metode Yanbua dan Qiroati yang bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. “Yanbua dan Qiroati saja bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. Kitab kuning juga harus bisa,” tambahnya sembari meyakinkan. Metode yang dirampungkan dalam waktu 10 hari ini menggabungkan 3 hal metode ulama salaf. Yakni bandongan, sorogan, serta penguasaan nahwu dan shorof. Ketiga metode ini di pesantren biasanya terpisah. Tetapi dalam metode ibtidai digabungkan menjadi satu kesatuan. Metode ini tidak untuk dihafalkan melainkan tetapi lebih pada meniteni, mengingat-ingat. Bagi para penghafal al-qur’an metode ini juga tidak mengganggu konsentrasi hafalan mereka. Juga tidak menambah beban segunung materi sekolah formal. Konsep dan Materi Adapun konsep dan materi ibtidai dibagi menjadi dua tingkatan. Pertama, pasca TPQ/ Madin/SD/Mi. kedua MTs/SMP/MA/SMK. Pasca TPQ dibagi dua tingkatan fan 1 mempelajari 4 kitab Tijan Addurari (Tauhid), Safinah (Fiqih), Wasoya (Akhlak) dan Arbain (Hadits) perkitab ditempuh dua bulan. Fan kedua dalam waktu yang sama delapan bulan dengan kitab Sulam Taufiq (Fiqih), Tafsir Al Luqman (alquran) dan Khulasoh Nurul Yaqin (Tarikh). Adapun untuk MTs dan MA dibagi dua kelompok yang diasramakan dan yang tidak diasramakan. Waktu yang ditempuh selama satu tahun. Kitab yang dipelajari terkait Tauhid, Akhlak, Fiqih, Nahwu dan Al qur’an. Setiap fan dilengkapi dengan beberapa buku yaitu: Tuntunan Baca Tulis Pegon, Buku Prestasi Sorogan Membaca Kitab Kuning, Panduan Pengajaran Metode Ibtidai, Kitab Gundul dan Kitab Bermakna gandul. Dengan hadirnya motode ini generasi muda semakin cinta dengan kitab-kitab salaf yakin makin ditinggalkan. “Saya juga berharap dengan metode ini kawula muda menemukan berkah serta meneruskan perjuangan ulama salaf,” harapnya.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/58974/ibtidai-metode-mudah-baca-kitab-kuning
Mujahidin Rahman (44) prihatin dengan kondisi saat ini. Keprihatinan itu muncul lantaran banyak kawula muda yang mulai tidak ngeh untuk mempelajari kitab kuning. <> Bagi mereka kitab salaf susah dipelajari. Meskipun ada yang masih mempelajarinya dalam pemaknaan kitab memakai huruf latin bukan makna pegon. Atas keprihatinan itu, pengasuh Pesantren Nurul Ikhlas Desa Langon RT.09 RW.04 Kecamatan Tahunan, Jepara, pada 1 Muharram 1436 H lalu menerbitkan metode cara mudah dan ringan membaca kitab kuning bernama Ibtidai. Dinamakan Ibtidai karena metode ini sebagai bentuk permulaan untuk belajar ilmu nahwu baik jurumiyah, imrithi dan alfiyah. Metode ini dianggap berbeda dari yang lain. Biasanya metode mempelajari ilmu nahwu diawali dengan kalam, kalimat per kalimat. Tetapi di sini tanpa harus menata, membentuk dan menyusun menjadi sebuah kalimat melainkan langsung dari kitab kuning. Kiai muda lulusan pesantren Maslakul Huda Pati ini memilih langsung teks kitab cukup beralasan. “Dengan langsung belajar teks kitab akan dapat tiga plus. Plus pertama bisa membaca teks, kedua bisa menulis makna dan plus ketiga bisa menguasai ilmu alat, nahwunya,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/04/15). Menguak Kitab Salaf Metode ini, kata lelaki kelahiran Jepara 3 Mei ini, hadir untuk menguak rahasia kitab salaf. “Kalau dengan metode yang lama apalagi dengan kondisi kawula muda saat ini sudah pasti susah dipelajari,” jelasnya. Sehingga, kiai yang pernah mengaji di pesantren An Nur Bantul ini membuat cara agar kitab kuning bisa dipelajari dengan mudah. Sebagaimana metode Yanbua dan Qiroati yang bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. “Yanbua dan Qiroati saja bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. Kitab kuning juga harus bisa,” tambahnya sembari meyakinkan. Metode yang dirampungkan dalam waktu 10 hari ini menggabungkan 3 hal metode ulama salaf. Yakni bandongan, sorogan, serta penguasaan nahwu dan shorof. Ketiga metode ini di pesantren biasanya terpisah. Tetapi dalam metode ibtidai digabungkan menjadi satu kesatuan. Metode ini tidak untuk dihafalkan melainkan tetapi lebih pada meniteni, mengingat-ingat. Bagi para penghafal al-qur’an metode ini juga tidak mengganggu konsentrasi hafalan mereka. Juga tidak menambah beban segunung materi sekolah formal. Konsep dan Materi Adapun konsep dan materi ibtidai dibagi menjadi dua tingkatan. Pertama, pasca TPQ/ Madin/SD/Mi. kedua MTs/SMP/MA/SMK. Pasca TPQ dibagi dua tingkatan fan 1 mempelajari 4 kitab Tijan Addurari (Tauhid), Safinah (Fiqih), Wasoya (Akhlak) dan Arbain (Hadits) perkitab ditempuh dua bulan. Fan kedua dalam waktu yang sama delapan bulan dengan kitab Sulam Taufiq (Fiqih), Tafsir Al Luqman (alquran) dan Khulasoh Nurul Yaqin (Tarikh). Adapun untuk MTs dan MA dibagi dua kelompok yang diasramakan dan yang tidak diasramakan. Waktu yang ditempuh selama satu tahun. Kitab yang dipelajari terkait Tauhid, Akhlak, Fiqih, Nahwu dan Al qur’an. Setiap fan dilengkapi dengan beberapa buku yaitu: Tuntunan Baca Tulis Pegon, Buku Prestasi Sorogan Membaca Kitab Kuning, Panduan Pengajaran Metode Ibtidai, Kitab Gundul dan Kitab Bermakna gandul. Dengan hadirnya motode ini generasi muda semakin cinta dengan kitab-kitab salaf yakin makin ditinggalkan. “Saya juga berharap dengan metode ini kawula muda menemukan berkah serta meneruskan perjuangan ulama salaf,” harapnya

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/58974/ibtidai-metode-mudah-baca-kitab-kuning
Mujahidin Rahman (44) prihatin dengan kondisi saat ini. Keprihatinan itu muncul lantaran banyak kawula muda yang mulai tidak ngeh untuk mempelajari kitab kuning. <> Bagi mereka kitab salaf susah dipelajari. Meskipun ada yang masih mempelajarinya dalam pemaknaan kitab memakai huruf latin bukan makna pegon. Atas keprihatinan itu, pengasuh Pesantren Nurul Ikhlas Desa Langon RT.09 RW.04 Kecamatan Tahunan, Jepara, pada 1 Muharram 1436 H lalu menerbitkan metode cara mudah dan ringan membaca kitab kuning bernama Ibtidai. Dinamakan Ibtidai karena metode ini sebagai bentuk permulaan untuk belajar ilmu nahwu baik jurumiyah, imrithi dan alfiyah. Metode ini dianggap berbeda dari yang lain. Biasanya metode mempelajari ilmu nahwu diawali dengan kalam, kalimat per kalimat. Tetapi di sini tanpa harus menata, membentuk dan menyusun menjadi sebuah kalimat melainkan langsung dari kitab kuning. Kiai muda lulusan pesantren Maslakul Huda Pati ini memilih langsung teks kitab cukup beralasan. “Dengan langsung belajar teks kitab akan dapat tiga plus. Plus pertama bisa membaca teks, kedua bisa menulis makna dan plus ketiga bisa menguasai ilmu alat, nahwunya,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/04/15). Menguak Kitab Salaf Metode ini, kata lelaki kelahiran Jepara 3 Mei ini, hadir untuk menguak rahasia kitab salaf. “Kalau dengan metode yang lama apalagi dengan kondisi kawula muda saat ini sudah pasti susah dipelajari,” jelasnya. Sehingga, kiai yang pernah mengaji di pesantren An Nur Bantul ini membuat cara agar kitab kuning bisa dipelajari dengan mudah. Sebagaimana metode Yanbua dan Qiroati yang bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. “Yanbua dan Qiroati saja bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. Kitab kuning juga harus bisa,” tambahnya sembari meyakinkan. Metode yang dirampungkan dalam waktu 10 hari ini menggabungkan 3 hal metode ulama salaf. Yakni bandongan, sorogan, serta penguasaan nahwu dan shorof. Ketiga metode ini di pesantren biasanya terpisah. Tetapi dalam metode ibtidai digabungkan menjadi satu kesatuan. Metode ini tidak untuk dihafalkan melainkan tetapi lebih pada meniteni, mengingat-ingat. Bagi para penghafal al-qur’an metode ini juga tidak mengganggu konsentrasi hafalan mereka. Juga tidak menambah beban segunung materi sekolah formal. Konsep dan Materi Adapun konsep dan materi ibtidai dibagi menjadi dua tingkatan. Pertama, pasca TPQ/ Madin/SD/Mi. kedua MTs/SMP/MA/SMK. Pasca TPQ dibagi dua tingkatan fan 1 mempelajari 4 kitab Tijan Addurari (Tauhid), Safinah (Fiqih), Wasoya (Akhlak) dan Arbain (Hadits) perkitab ditempuh dua bulan. Fan kedua dalam waktu yang sama delapan bulan dengan kitab Sulam Taufiq (Fiqih), Tafsir Al Luqman (alquran) dan Khulasoh Nurul Yaqin (Tarikh). Adapun untuk MTs dan MA dibagi dua kelompok yang diasramakan dan yang tidak diasramakan. Waktu yang ditempuh selama satu tahun. Kitab yang dipelajari terkait Tauhid, Akhlak, Fiqih, Nahwu dan Al qur’an. Setiap fan dilengkapi dengan beberapa buku yaitu: Tuntunan Baca Tulis Pegon, Buku Prestasi Sorogan Membaca Kitab Kuning, Panduan Pengajaran Metode Ibtidai, Kitab Gundul dan Kitab Bermakna gandul. Dengan hadirnya motode ini generasi muda semakin cinta dengan kitab-kitab salaf yakin makin ditinggalkan. “Saya juga berharap dengan metode ini kawula muda menemukan berkah serta meneruskan perjuangan ulama salaf,” harapnya

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/58974/ibtidai-metode-mudah-baca-kitab-kuning

Komentar

  1. saya orang jawa tapi malah belum tau apa itu arab pegon. Setelah membaca artikel ini saya jadi semangat untuk mendalami syariat islam. Dulu pernah ngaji kitab kuning namun sekarang sudah agak malas akibat kecsanduan bermain game. Semoga Allah mempermudah jalanku untuk mempelajari kitab kuning.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengintip Pesona Gunung Merbabu, Primadona dari Jawa tengah yang wajib kau ketahuia

 Mengintip Pesona Gunung Merbabu, Primadona dari Jawa tengah yang wajib kau ketahui Berdiri kokoh dengan ketinggian 3.145 meter diatas permukaan laut (mdpl), gunung ini menawarkan keindahan yang sulit untuk dilupakan. Sensasi pendakian yang menantang dengan pemandangan yang mengagumkan menjadi oase tersendiri bagi para pendaki, penikmat ketinggian yang akrab dengan udara dingin khas pegunungan. Bertetangga dengan Merapi, gunung ini tidak kalah dalam menawarkan keindahannya yang tiada tara. Tak heran, oleh sebagian pendaki ia dijuluki “Little Rinjani.” Gunung Merbabu, namanya. Terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Semarang, Boyolali dan Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe strato, yaitu tersusun dari batu – batuan hasil letusan yang terjadi berulang – ulang kali. Secara etimologi, Merbabu berasal dari dua suku kata, meru (gunung) dan abu (abu). Nama ini pertama kali dimunculkan pada naskah – naskah Belanda. Sebagai gunung berapi

Suka Menerima Tamu adalah salah satu sifat muslim sejati | Tadzkirotu Manittaqo | RADARDAKWAH

Suka Menerima Tamu adalah salah satu sifat muslim sejati | Tadzkirotu Manittaqo | RADARDAKWAH *Tadzkirotu Manittaqo :* ============:======== *Suka Menerima Tamu* Seorang muslim sejati yg telah meresap dlm jiwanya nilai-nilai kedermawanan, sdh pasti mempunyai sifat senang menjamu tamu, bahagia saat menerimanya, dan bersegera memulialannya. Sifat ini merupakan bagian dari akhlak Islami yg bersumber dari dlm dirinya dan merupakan pancaran keimanannya kpd Allah dan hari akhir akhir. Sebagaimana sabda Rosulullah صلى الله عليه وسلم dlm sebuah hadits : من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه Barangsiapa yg beriman kpd Allah dab hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. HR Bukhori dan Muslim Memuliakan tamu merupakan salah satu bukti bahwa seorang muslim beriman kpd Allah dan hari akhir. Karenanya, memuliakan tamu bisa diibaratkan sebagai sebuah hadiah yg diberikan tuan rumah kpd tamunya. Hadiah itu diberikan sebagai ungkapan terima kasih karena tamu tsb memberinya kesempatan untuk beram